Catatan Malam Minggu Kelabu
(Oleh :Debby Pratiwi )
Kelabunya
sabtu malam bagi seorang yang tak mendamba pasangan tak bersyariat
sepertiku ini. Tiada kesibukan yang membuatku lupa bahwa ini adalah
malamnya anak muda gaul. Di malam yang seharusnya turut kunikmati meski
suasana hati masih datar-datar saja seperti hari kemarin, aku menelan
ludah dengan sedikit air mata yang berusaha kupendam dan mencoba
kuelakkan.Seorang
teman seperjuangan ketika SMK lalu kembali mengorek duka lama yang
berusaha kubendung dengan harapan dan impian-impian baru. Jogja, yaa
Jogja. Ia kembali bertanya seputar Jogja. Ia menanyakan kabarku di
Jogja. Ohh.. Sungguh, pertanyaan polos yang menyayat hati dan itu tak
dapat disalahkan. Dia tak tau bahwa Jogja kemarin menolakku tetapi,
masih membuka pintu jika suatu saat aku kembali. Mungkin ini hanyalah
salahku yang belum juga mampu hengkang dari mimpi dan obsesi
berlebihanku tentang "Jogja dan segala tentangnya". Kuakui ini adalah
hal yang sulit, sangat sulit bagiku. Nyaris selama ini yang kujalani
tanpa ambisi karena hatiku, harapanku, dan impianku tertinggal di
Jogja.
Malam
ini pula tuhan kembali menunjukkan sebuah bukti rasa cinta tak
bertepiNya kepada hamba yang lalim sepertiku. Bahwa Dia tak ingin
melihat aku terluka lagi seperti hari lalu. Oleh karena itu, malam ini
Dia sengaja membiarkanku mengendarai si legreg keliling area kota pahlawan tak jauh dari kontrakanku hanya untuk mencari warung angkringan untuk kemudian aku ingin sekedar ngopi
dengan seorang yang pernah menorehkan sejarah panjang dalam hidupku.
Seorang yang 6,5 tahun lamanya menjadi penghuni abadi di hatiku. Seorang
yang sempat sangat kucintai tanpa sebab maupun syarat. Yang hingga
kumelepaskannya masih sangat berat sekali hatiku menerima kenyataan
itu.
Memang,
benar apa kata dia bahwa cinta tak dapat dipaksakan. Pun ketika kita
harus melepaskan sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Namun, dia juga
tak mungkin berbohong pada hatinya dan juga pada hatiku bahwa memang
kenyataannya cinta dan penantianku selama 6,5 tahun itu juga tak bisa
memikat hatinya. Aku bukan sang Kuasa, aku juga bukan Maha Berkehendak.
Bagaimana bisa aku memaksakan takdir yang tak digariskan olehNya???!!!
Beberapa
waktu lalu ketika sebuah usaha sangat kerasku tak dihargai sempat
disitu aku merasa sangat lelah dan memutuskan untuk merelakan
penantianku. Namun, seketika kenangan itu muncul tiba-tiba kenangan itu
menghancurkan kembali niat untuk melupakannya. Dia datang dengan segala
ingatan beberapa tahun yang lalu. Dimana cinta dan perjuangan tak pernah
mengikis hanya demi seorang yang kusebut "Cinta Pertama". Logikaku,
dimana logikaku hingga perasaan kembali memenangkan hatiku? Hingga nalar
ini seperti tak berkutik dan diam di tempat. Hellloooo... Bangun,
bangkit!!! Jangan terbujuk, ikhlaskan!!! Seolah aku merindukan sosok
yang menyadarkan aku dari keterpurukan ini. Agar aku tak perlu
membayangkan hal terburuk bila nanti aku atau dia menikah. Apakah aku
mampu berdiri tegak melihat seorang yang selama 6 tahun lebih mencoba
untuk kuperjuangkan dan kini dia bersanding dengan wanita lain? Atau aku
harus memikirkan perasaanya. Bagaimana bila dia melihat wanita yang
katanya 6 tahun lebih memperjuangkan dia namun, kini nyatanya wanita itu
bersanding dengan lelaki lain? Ahh.. Aku tak mau membayangkan.
"Cinta Pertama dan Jogja adalah 2 hal yang terpatri dalam alam bawah
sadarku. Aku tidak tau sampai kapan dia akan tetap tinggal tapi, yang
pasti bila nanti kutemukan pencarian terakhirku aku yakin semua akan
lenyap seiring berjalannya waktu. Tapi, aku tak bisa memastikan itu
kapan... "
-Deanhl-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar