Selepas Ku Tau (2) ( Oleh : Debby Pratiwi )
Untukmu yang selalu kutulis dan kurasa dalam diamku secara diam-diam. Namamu terpatri dalam alam bawah sadarku. Kau yang kuimpikan dalam kehidupan nyataku. Kau yang masih dengan kebekuanmu. Sampai kapan? Sampai kapan hatimu beku? Es batu saja akhirnya tetap mencair ketika dibiarkan.
Haruskah selamanya hal itu menjadi jurang pemisah antara kau dan aku?
Haruskah selamanya kita berbeda dalam prinsip dan latar belakang? Tidakkah kau memberiku sedikitpun ruang untuk menyatukan perbedaan denganmu. Semakin kesini semakin aku tak menemukan pertanda apapun. Pertanda bahwa engkau mengizinkan aku yang dengan ketidaksempurnaanku ini menyempurnakan dan mewarnai hidupmu.
Setelah hari itu, selepas aku tau kenyataan bahwa telah ada seorang muslimah yang mungkin menjadi penjawab dari pertanyaan-pertanyaanmu masih melekat betul kata-kata samarmu yang mampu kubaca yang menjawab ketidakpastianku. Dan kau semakin tak mau kudekati. Sekalipun itu hanya melalui pesan WhatsApp tak sedikitpun kau sudi membalasnya.
Aku merasa berdosa atas perasaan dan harapan yang itu ada namamu di dalamnya. Yaa mungkin inilah realita. Aku hanyalah teman dalam dunia mayamu yang belum pernah tuhan pertemukan denganmu secara langsung. Haaaahhhh... ingin rasanya aku berteriak. Mengapa harus kamu? Mengapa harus kamu yang kuharapkan? Mengapa harus Jogja? Mengapa harus Pangeran Ilusi? Mengapa semua ini tentangmu? Dan mengapa tanganku tak sampai meraihmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar