MASA DEPAN ISLAM
(e-Book Silsilah Hadits Shahih Jilid I)
(Terjemahan Drs. H.M. Qodirun Nur diterbitkan oleh
Pustaka Mantiq)
Allah SWT. berfirman :
هُوَ الَّذى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِيْنِ الْْحَقِّ
لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan
membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas
segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak
menyukai.” (QS
At-Taubah : 33)
Kami patut merasa gembira dengan janji yang telah diberikan oleh Allah SWT, melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan
dan kebijaksanaannya itu mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit
yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi SAW,
masa Khualafaur-Rasyidin dan pada masa khalifah-khalifah sesudahnya yang
bijaksana. Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang
sudah terrealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di atas,
sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul SAW. melalui sabdanya:
۱.
لاَيَذْ هَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتَ وَالْعُزََّى
فَقَالَتْ عَاءِشَةُ : يَا رَسُلُوْاللهِ اِنْ كُنْتُ لاَظُنُّجِيْنَ اَنْزَلَ
اللهُ : هُوَالَّذِىْاَرْسَلَرَسُولَهُ بِا لْهُدى وَدِينِ الجَقِِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الَّذِ ينَ كُلِّه وَلَوكَرِهَ الْمُشٍْرِكُونَ , اَنَّ ذ لِكَ تَامًّا :
قَالَ اِنَّهُ سَيَكُوْنُ مِنْ ذلِكَ مَاشَاءَاللهُ. اَلجديث
“Malam dan siang tidak akan
sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku
mengira bahwa takkala Allah menurunkan firman-Nya “Dialah yang
telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang
benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin
tidak menyukai, hal itu telah sempurna (realisasinya).”Belau menjawab:
“Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh
Allah.”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam yang lain.
Saya telah mentakhrijnya di dalam kitab saya Tahdzirus
Sajid Min Ittikhadzil Qubur Masajida. (Peringatan bagi yang Sujud
untuk Tidak Menjadikan Makan sebagai Masjid) (hal :
122).
Banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan masa
kemenangan Islam dan tersebarnya ke berbagai penjuru. Dari hadits-hadits
itu tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas
izin pertolongan dari Allah SWT ,
dengan catatan harus tetap kita perjuangkan, itu yang penting. Berikut ini akan saya tampilkan beberapa hadits yang saya harapkan dapat
membakar semangat para pejuang Islam dan dapat dijadikan argumentasi untuk
menyadarkan mereka yang fatalis tanpa mau berjuang sama sekali.
٢.
اَ ْلاَوََّلُ : ,, اِنَّ اللهَ زَوى , اَىْجَمَعَ وَضَمَّ لِىَ اْلاَرْضُ
فَرَاَيْتَ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِ بَهَا , وَاِنَّ اُمَّتِى سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَازَوى لِى
مِنْهَا . الحديث
“Allah SWT. telah menghimpun (mengumpulkan dan menyatukan) bumi ini
untukku. Oleh karena itu aku dapat menyaksikan belahan Bumi
Barat dan Timur. Sungguh kekuasaan umatku akan sampai ke
daerah yang dikumpulkan (diperlihatkan) kepadaku itu.”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (8/171), Imam Abu Daud
(4252), Imam Turmudzi (2/27) yang menilainya sebagai hadits shahih, Imam Ibnu
Majah (2952) dan Imam Ahmad dengan dua sanad. Pertama berasal dari Tsauban
(5/278) dan kedua dari Syaddad bin Aus (4/132), jika memang haditsnya mahfuzh
(terjaga).
Ada hadits-hadits lain yang lebih jelas dan luas
yaitu:
٣.
اَلثَّا نِى : ,, لَيَبْلُغَنَّ هذَا اْلاَمْرُ مَا بَلَغَ الَّيْلَ وَالنَّهَارُ
وَلاَيَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وًلاَوَبَرٍ اِلاَّاَدْخَلَهُ اللهُ هذَا
الدِِّيْنَ , بِعِزِّعَزِيْزٍ , اَوْبِذُلِّ ذَلِيْلٍ , عِزًّايُعِزُّاللهُ بِهِ
أَلاِسْلاَمَ , وَذُلاَّيُذِلُّ بِهِ الْكُفْرَ ,,
“Sesungguhnya agama Islam ini
akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan
seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke daerah
itu, dengan memuliakan yang mulai dan merendahkan yang hina. Yakni memuliakannya dengan Islam dan merendahkannya dengan
kekufuran.”
Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok Imam yang telah saya sebutkan di dalam kitab At-Tahdzir
(hal 121). Sementara Imam Ibnu Hibban meriwayatkannya dalam
kitab Shahih-nya (1631, 1632). Sedang Imam Abu ‘Arubah meriwayatkannya
dalam kitab Al-Montaqa minat-Thabaqat (2/10/1).
Tidak diragukan lagi bahwa tersebarnya agama Islam
kembali kepada umat Islam sendiri. Oleh karena itu mereka harus memiliki
kekuatan moral, material dan persenjataan hingga mampu melawan dan mengalahkan
kekuatan orang-orang kafir dan orang-orang durhaka Inilah yang dijanjikan oleh
Nabi SAW:
٤.
اَلثَّ
لِثُ : عَنْ اَبِى قُبَيْلٍ قَلَ : كُنَّاعِنْدَ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِوبْنِ
العَاصِيْ , وَسُءِل اَيُّ
اْلمَدِيْنَتَيْنِ تُفْتَحُ اَوَّلاً ؟ اَلْقُسْطَنُطِيْنِيَّةُ
اَوْرُوْمِيَّةُ ؟ فَدَعَا عَبْدُاللهِ بِصُنْدُوْقٍ لَهُ خَلْقٌ , قَالَ :
فَاَخْرَجَ مِنْهُ كِتَابًا , قَالَ : فَقَالَ عَبْدُالله : بَيْنَمَانَحْنُ حَوْلَ
رَسُ الِلّّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ,, مَدِيْنَةُ هِرَقْلَ تُفْتَحُ اَوَّلً ,
يَعْنِى قُسْطَنْطِنِيَّةَ ,,
“Hadits ini diriwayatkan oleh
Abu Qubai. Ia menuturkan “(pada suatu ketika) kami bersama Abdullah Ibnu
Amer Ibnu Al-Ash. Dia ditanya tentang mana yang akan
terkalahkan lebih dahulu, antara dua negeri, Konstantinopel atau Romawi.
Kemudian ia meminta petinya yang sudah agak lusuh.
Lalu ia mengeluarkan sebuah kitab.” Abu Qubai
melanjutkan kisahnya: Lalu Abdullah menceritakan:3) “Suatu ketika kami sedang menulis
disisi Rasulullah SAW. Tiba-tiba Beliau ditanya: “Mana yang terkalahkan
lebih dahulu, Constantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab: “Kota Heraclius-lah yang
akan terkalahkan lebih dahulu.” Maksudnya adalah
Konstantinopel.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (II/176),
Ad-Darimi (I/126), Ibnu Abi Suaibah dalam Al-Mushan (II/47, 153). Abu Amer Ad-Dani di dalam As-Sunanul Maridah fil-Fitaan
(Hadits-hadits tentang Fitnah), Al Hakim (III/422 dan IV/508) dan Abdul
Ghani Al-Maqdisi dalam Kitabul Ilmi
(II/30). Abdul Ghani bahwa hadits ini hasan
sanadnya. Sedangkan Imam Hakim menilainya sebagai
hadits shahih. Penilaian Al-Hakim itu sangat disetujui
oleh Adz-Dzahabi.
Kata Rumiyyah dalam hadits di atas maksudnya
adalah Roma, ibukota Italy sekarang ini, sebagaimana bisa
kita lihat di dalam Mu’jamul BuldanI
(Ensiklopedi Negara).
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kemenangan pertama ada
di tangan Muhammad Al-Fatih Al-Utsmani. Hal ini terjadi setelah lebih
dari delapan ratus tahun Nabi SAW menyabdakan hadits di atas. Kemenangan kedua pun akan segera
terwujud atas seizin Allah SAW,
sebagaimana firman-Nya:
وَلَتَعْلَمَنَّ
نَبَأهُ بَعْدَ حِيْنٍ
”Dan sesungguhnya kamu akan
mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu
lagi.“ (QS Shaad :
88).
Tidak diragukan lagi bahwa
kemenangan kedua mendorong adanya kebutuhan terhadap Khalifah yang tangguh.
Hal inilah yang
telah diberitakan oleh Rasulullah SAW, melalui sabdanya:
٥.
اَلرَّبِعْ
: ,, تَكُوْنُ النُّبُوَّ ةُ فَيَكُوْنُ مَاشَااللّه اَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَااللّهُ اَذَشَاءَاَنْ يَرْفَعُهَا , ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى
مَنْهَاجِ النُّبُوَّ ةِ , فَ تَكُوْنُ مَاشَااللّهُ اَنْ تَكثوْنُ , ثُمَّ
يَرْفَعُهَا اِذَاشَاءَاَنْ يَرْفَعُهَا . ثُمَّ تَكُوْنُ مَلِكًا عَاضًا
فَيَكُوْنُ مَاشَاءَاللّهُ اَنْ تَكُوْنَ , ثُمَّ يَرْفَعُهَا اِذَشَاءَاللّهُ اَنْ
يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مَنْهَاجِ نُّبُوَّةِ , ثُمَّ سْكَتَ
.
“Kenabian telah terwujud di
antara kamu sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian Dia akan menghilangkannya
sesuai dengan kehendak-Nya, setelah itu ada khalifah yang sesuai dengan kenabian
tersebut, sesuai dengan kehendak-Nya pula. Kemudian Dia akan menghapusnya juga
sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu ada seorang raja diktator bertangan
besi, dan semua berjalan sesuai dengan kehendak-Nya pula. Lalu Dia akan
menghapusnya jika menghendaki untuk menghapusnya. Kemudian ada khalifah yang
sesuai dengan tuntunan Nabi. Lalu Dia diam.“
Hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/273). Kami mendapatkan riwayat dari Sulaiman bin Dawud
Ath-Thayalisi, juga dari Dawud bin Ibrahim Al-Wasithi, Habaib bin Salim, dan
Na’am bin Basyir yang mengisahkan, “Kami sedang duduk-duduk di masjid. Basyir adalah seorang yang selalu menyembunyikan haditsnya.
Lalu datanglah Abu Tsa’labah Al –Kasyafi dan bertanya: Wahai Basyir bin Sa’ad, apakah Engkau menghafal hadits tentang Umara?
Tetapi kemudian Khalzaifahlah yang justru menjawabnya: “Saya menghafal
khutbahnya.”
Mendengar itu kemudian Abu Tsa’labah duduk, sementara
Khalzaifah selanjutnya meriwayatkan hadits itu secara
marfu.
Hubaib mengomentari dengan menceritakan: “Tatkala Umar bin Abdul Aziz
mulai tampil dan saya mengakui bahwa Yazid bin Nu’man bin Basyir menjadi
pengikutnya, maka saya menulis surat kepadanya berisikan tentang
hadits ini. Saya memperingatkan dengan mengatakan kepadanya: Saya berharap agar
beliau Umar bin Abdul Aziz benar-benar menjadi Amirul Mu’minin setelah adanya raja yang
gigih memperjuangkan agama sebelum dia naik tahta. Lalu surat saya itu disampaikan kepada Umar
bin Abdul Aziz. Dia merasa gembira dan
mengaguminya.
Melalui sanad Ahmad hadits itu juga diriwayatkan oleh
Al-Hafidz Al-Iraqi dalam Muhajjatul Garib
ala Mahabbatil-Arab (II/17). Selanjutnya Al-Hafidz
mengatakan:
“Status hadits ini shahih. Ibrahim bin Dawud
Al-Wasithi dinilai tsiqah, baik
akhlaknya dan kuat ingatannya oleh Abu Dawud Ath-Thayalisi dan Ibnu Hibban.
Sedangkan perawi-perawi yang lain bisa dibuat hujjah di
dalam menetapkan hadits shahih.”
Yang dimaksud Al-Hafidz ini adalah yang terdapat di dalam kitab Shahih
Muslim, tetapi mengenai Hubaib oleh Al-Bukhari dinilainya dengan ‘fihi nadharun’ ungakapan yang
menunjukkan masih diragukan keabsahan perawi. Sedangkan Ibnu Addi mengatakan:
Dalam matan hadits yang diriwayatkannya (Hubaib) tidak terdapat hadits munkar
(hadits yang ditolak), tetapi ia telah membalik
sanadnya (mudhtharib). Akan tetapi Abu Hatim, Abu Dawud dan Ibnu Hibban menilainya tsiqah. Oleh
karena itu setidak-tidaknya nilai haditsnya adalah hasan. Bahkan
Al-Hafizh menilainya La ba’sa bihi
(Lafazh ta’dil tingkat keempat). Perawi yang dinilai
dengan lafazh pada tingkat ini haditsnya bisa dipakai, tetapi harus dilihat
kesesuaiannya dengan perawi-perawi lain yang dhabit (kuat ingatannya), sebab lafazh
itu tidak menunjukkan ke-dhabit-an
seorang perwai (Penerj.)
Hadits yang senada (Asy-Syahid) disebutkan dalam musnad karya Ath-Thayalisi (nomor : 438): “Saya diberi riwayat oleh Dawud Al-Wasithi – ia
adalah orang yang tsiqah –, ia
menceritakan: “Saya mendengar hadits itu dari Hubaib bin Salim. Tetapi dalam matan hadits tersebut ada yang tercecer
matannya. Tapi kemudian ditutup (dilengkapi) dengan
hadits dari Musnad Ahmad.
Al-Haitsami di dalam kitabnya Al-Majmu’ (V/89) menjelaskan :
“Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Sedangkan
Al-Bazzar juga meriwayatkan namum lebih sempurna lagi. Imam Ath-Thabrani juga meriwayatkan sebagian dalam kitabnya Al-Ausath dan perawi-perawinya adalah tsiqahí.”
Dengan demikian kecil sekali kemungkinannya hadits tersebut diriwayatkan
oleh Umar bin Abdul Aziz, sebab masa pemerintahannya adalah setelah maasa Khulafaur-Rasyidin, yang jaraknya
setelah masa pemerintahan dua orang raja.4)
Selanjutnya hadits yang berisi tentang berita gembira dari Nabi
r mengenai kembalinya kekuasaan kepada kaum Muslimin
dan tersebarnya pemeluk Islam di seluruh penjuru dunia hingga dapat membantu
tercapainya tujuan Islam dan menciptakan masa depan yang prospektif dan
membanggakan hingga meliputi bidang ekonomi dan pertanian. Hadits yang dimaksud
sabda Nabi r :
٦.
اَلْخَامِسُ : لاَتَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتّى
تَعُوْدَاَرْضُ الْعَرَبِ مُرَقَ جًا وَاَنْهَارًا.
“Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum tanah Arab
menjadi tanah lapang yang banyak menghasilkan komoditas penting dan memiliki
pengairan yang memadai.”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/84),
Imam Ahmad (2/703, 417), dari hadits Abu Hurairah.
Berita-berita gembira ini terealisasi di beberapa
kawasan Arab yang telah diberi karunia oleh Allah berupa alat-alat untuk
menggali sumber air dari dalam gurun pasir. Disana bisa
kita lihat adanya inisiatif untuk mengalirkan air dari sungai Eufrat ke Jazirah
Arab. Saya membaca berita ini dari
beberapa surat kabar lokal. Hal ini mungkin akan menjadi kenyataan. Dan selang
beberapa waktu kelak, akan benar-benar terwujud dan bisa kita
buktikan.
Selanjutnya yang perlu diketahui
dalam hubungannya dengan masalah ini adalah sabda Nabi SAW :
”Tidak akan datang kepadamu
suatu masa kecuali masa sesudahnya akan lebih buruk, sampai kalian bertemu
dengan Tuhanmu dan datangnya hari kiamat.“
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam Al-Fitan dari hadits
Anas secara marfu’.
Hadits ini selayaknya dipahami
dengan membandingkan dengan hadits-hadits lain yang terdahulu dan hadits lain
(yang ada hubungannya). Seperti halnya hadits-hadits tentang Al-Mahdy dan turunnya Nabi Isa
as. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa hadits ini tidak mempunyai arti
secara umum, tetapi mempunyai arti khusus (sempit). Oleh karena itu kita
tidak boleh memahaminya secara umum (apa adanya),
sehingga menimbulkan keputusasaan yang merupakan sifat yang harus dibuang jauh
dari orang mukmin. Sebagaimana firman Allah SAW :
يَابَنِيَّ
اذْهَبُؤا فَتَحَسَّسُؤا مِنْ يُؤسُفَ وَأخِيْهِ وَلاَتَايْءَسُؤا مِنْ رَّؤحِ
اللّهِ إنَّهُ لاَ يَايْءَسُؤا مَنْ رَّؤحِ اللّهِ إلاَّ الْقَؤمُ
الْكَافِرُؤنَ
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir.“(QS Yusuf :
87)
Saya senantiasa memhon ke haribaan Allah SAW semoga Dia berkenan menjadikan kita sebagai
orang-orang yang benar-benar mukmin.
****
_____________________
3) Perkataan Abdullah ini juga
diriwayatkan oleh Abu Zur’ah di dalam bukunya Tarikhu Damsyiq (Sejarah Damaskus I/96).
Disitu juga ditunjukkan bahwa hadits tersebut juga ditulis pada masa Rasulullah
r .
4)
Sedangkan hadits yang diriwayatkan
oleh Ath-Thabrani di dalam kitabnya Al-Ausah yang bersumber dari Mu’az bin
Jabal secara marfu’ adalah dha’if . Bunyinya
adalah:
“Tiga puluh
kenabian dan satu orang raja dan tiga puluh raja dan satu Jaburut (Raja
bertangan besi) sedangkan setelah itu
tidak ada kenabian sama sekali.”
Bagus..... Tambah Lagi Ceritanya
BalasHapusTerima Kasih... ok
BalasHapus