Terpaksa
Terpaksa Aku Sekolah
Namaku Edo saat ini aku duduk di bangku kelas 3 SMP. Pada tahun 2022 di saat hari kelulusan, tiba-tiba seorang guru bernama bu Wiwin mendatangiku dengan wajah yang berseri-seri, lalu ia berkata "do, nanti sekolah nya mau lanjut kemana?"
Lalu aku
menjawab "rencana nya, saya si buu maunya masuk sekolah negeri"
kemudian bu Wiwin menawarkan pilihan kepadaku "mau nggak kamu lanjut
sekolah yang nanti di bangun di sini?" kemudian aku bertanya kembali
"fasilitasnya gimana bu? Sedangkan disini juga tingkat SMPnya masih
berkembang", bu Wiwin menjawab "Masalah fasilitas sepertinya kita
belum bisa lengkap seperti sekolah-sekolah negri yang sudah maju. Namun,
sekolah baru ini kami pastikan walau tidak lengkap fasilitas kami akan
menghasilkan peserta didik yang berkualitas dengan guru-guru yang berkualitas.
Akupun setelah mendengar itu berubah pikiran yang awalnya ingin bereskolah di sekolah negri yang ada di daerahku dan ingin bersekolah di sekolah yang ingin dibangun disini. Suatu hari ada guru lain yang menawarkanku untuk bersekolah khusus agama yang sangat menggiurkan karena gratis, tetapi disana pembelajarannya yang jauh lebih berat dibandingkan sekolah-sekolah biasa, setelah mendengar kabar dari guruku yang menawarkan itu, aku memberi kabar kepada suami bu Wiwin yang dimana suami bu Wiwin akan menjadi kepala sekolah yang ingin dibangun bu Wiwin. Suami bu wiwin bernama pak Syahri, pak syahri yang mendengar kabar dariku pun berkata "kamu ini mau jadi ulama atau polisi?" Berhubung cita citaku sebelumnya adalah menjadi polisi, sudah pernah bilang kepada bu Wiwin dan pak Syahri juga. Aku yang mendengar pertanyaan pak Syahri langsung muncul pertanyaan di dalam hati seperti "aku mau jadi apa ya" lalu aku langsung menguatkan niatku untuk bersekolah disini yang ingin di bangun oleh pak Syahri dan bu Wiwin.
Hari pertama sekolahku pun tiba, aku banyak mengenal orang orang baru dan ada juga beberapa teman yang sudah lama ku kenal, dari hari pertama sampai sekarang aku sudah merasa bahwa pembelajaran di sekolah ini tidak ada habisnya (atau tidak ada jam kosongnya). Aku mencoba menikmati keadaanku saat ini dan sambil meyakinkan diri sendiri bahwa aku bisa ikut mengembangkan sekolahku saat ini.
LANJUT
PART 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar