Kisah Fiksi Kasus Perceraian Bagian 1 - Oleh AbGD - MbA

KISAH FIKSI KASUS PERCERAIAN BAGIAN 1 - OLEH AbGD - MbA

Kota Super Power - Kisah ini dimulai dari AbGD selaku Penggugat melawan MbA selaku Tergugat. Penggugat AbGD datang ke Kantor Pengadilan Super Power untuk mendaftarkan gugatan cerai kepada Tergugat MbA. Penggugat datang dari desa yang jauh sebut saja desa Konoha yang mana jarak tempuh ke Kantor Pengadilan Super Power sekitar 1 jam 49 menit dengan menggunakan kendaraan beroda 4 (empat). Sampailah Penggugat AbGD di Kantor Pengadilan Super Power, didepan pintu kantor telah ada penjaga kantor yang siap menyambut tamu yang datang. Penggugat pun sebelum masuk ke dalam kantor terlebih dahulu mencuci tangan dan cek suhu badan yang diperiksa oleh penjaga kantor sebut saja namanya Mas S. Setelah rangkaian protokol kesehatan dilalui, penjaga kantor mempersilahkan Penggugat masuk ke dalam kantor dengan diarahkan menuju meja informasi. Saat di meja informasi Penggugat AbGD dilayani Staff Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kantor Pengadilan Super Power sebut saja namanya Mba D.

Dengan senyuman yang ramah dan nanda bicara yang lembut Mba D langsung menyapa dan bertanya kepada Penggugat AbGD. "Selamat datang di Pengadilan Super Power, ada yang bisa kami bantu ?". Tanyanya. Penggugat pun tanpa rasa ragu dan takut langsung menjawab : " ada Mba, saya ingin mendaftarkan gugatan cerai saya terhadap my husband". jawabnya. Mba D pun menjelaskan apa-apa saja yang perlu dilengkapi untuk mendaftarkan gugatan cerai, seperti : 1. BKN, 2. FkK, 3. Fotocopy KTP, 4. Surat Gugatan, 5. membayar biaya perkara.

Semua informasi sudah didapatkan Penggugat AbGD dan satu per satu persyaratan mulai dilengkapi, tibalah waktunya Penggugat membuat surat gugatan cerai yang mana langsung dibantu oleh Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) A KT yang dijaga oleh Staf sebut saja namanya Mas SI. Tibalah Penggugat AbGD di ruangan POSBAKUM dan berjumpa dengan staf POSBAKUM. Suasana ruangan yang sederhana dengan udara yang sejuk dikarenakan mendapat asupan udara daru ruangan sebelah yang memilik AC. Singkat cerita di dalam ruangan tersebut Penggugat AbGD mulai bercerita mengapa ia mengajukan gugatan cerai kepada my husband. Ia mengawali dengan bercerita bahwa Penggugat AbGD menikahi my husband sejak tahun 1992. Selama ia menikah ia dikarunia 3 (tiga) anak sebut saja Naruta, Hima, Kawa. Penggugat AbGD menyampaikan bahwa my husband berkerja sebagai petani/pekebun di desa Konoha. Penggugat dan Tergugat tinggal bersama di Desa Konoha hampir 29 tahun.

Selama 29 tahun pernikahan yang telah diperjuangkan bersama tersebut akhirnya mulai terjadi keretakan antara Penggugat dan Tergugat. Dia tidak menyangka pada tahun 2019 terus terjadi perselihan antara Penggugat dan Tergugat yang disebabkan oleh:

1. Tergugat sering pulang larut malam dan cenderung emosional;

2. Tergugat tidak menjalankan kewajiban sebagai seorang kepala keluarga dan husband;

3. Tergugat pergi dari rumah dan meninggalkan penggugat beserta anak-anak.

yang lebih menyakitkan diketahui bahwa tergugat telah menikah dengan wanita lain. Sejak tahun 2019 hingga cerita ini dibuat Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada lagi hubungan baik lahir maupun bathin dan Tergugat tidak pernah memberikan nafkah wajib kepada Penggugat.

Akhir cerita ini bahwa Pengadilan Super Power telah memutuskan menerima gugatan Penggugat dan secara hukum negara putusan Hakim Pengadilan Super Power telah berkekuatan Hukum dan secara Sah Penggugat dan Tergugat telah berpisah dan putus hubungan sebagai suami istri. (SSP/02/22).

Share: