Berawal dari desa kecil
dimana tempat aku tinggal memulai waktu masa kanak - kanak dalam
kebahagian dan kesedihan merajut hidup dengan ayah dan ibu. Di sebuah
desa kecil dengan rumputan padang menguning, pohon kelapa menjulang,
pasir kuning pantai yang indah di tambah dengan deburan ombak lautan
jawa. Didalam desa itu pula aku mencurahkan keluh kesah sakit derita
perih dalam perjalan hidupku yang penuh halang dan rintang, penuh dengan
luka dan liku serta duri yang tajam dan kapanpun siap menusuk.
Disitulah awal mula aku bermimpi untuk merubah hidup yang lebih baik,
bertekad menjadi penggagas ulung membuka ribuan jiwa yang terlantar
dalam kelaparan dan kemiskinan.
Disaat usiaku sudah menginjak remaja aku berniat pergi dari desaku dan berkomitmen untuk mewujudkan mimpiku agar menjadi nyata.Dengan niat yang tulus dan harapan yang ikhlas tibalah waktu buatku pergi merantau jauh dari kedua orang tua. Aku pun berangkat hanya dengan membawa secercah do'a dari kedua orang tua yang disaat ku lepaskan tangannya yang erat memegang tanganku disitulah aku melihat tetesan air mata yang jatuh seakan tak mau melepaskan pegangannya, namun apalah daya iapun harus merelakannya. Hatiku teriris perih jantungku sempat berhenti menatap wajah kedua orang tua yang semakin jauh dari penglihatanku. lambaian tanggannyapun akhirnya tak ku jumpai lagi. dalam perjalanan aku selalu mengenang kedua sosok pemberani dan penjagaku, setiap langkahku tak lepas dari wajahnya dan setiap tangan terangkat terselip doa buat mereka berdua.
Disaat usiaku sudah menginjak remaja aku berniat pergi dari desaku dan berkomitmen untuk mewujudkan mimpiku agar menjadi nyata.Dengan niat yang tulus dan harapan yang ikhlas tibalah waktu buatku pergi merantau jauh dari kedua orang tua. Aku pun berangkat hanya dengan membawa secercah do'a dari kedua orang tua yang disaat ku lepaskan tangannya yang erat memegang tanganku disitulah aku melihat tetesan air mata yang jatuh seakan tak mau melepaskan pegangannya, namun apalah daya iapun harus merelakannya. Hatiku teriris perih jantungku sempat berhenti menatap wajah kedua orang tua yang semakin jauh dari penglihatanku. lambaian tanggannyapun akhirnya tak ku jumpai lagi. dalam perjalanan aku selalu mengenang kedua sosok pemberani dan penjagaku, setiap langkahku tak lepas dari wajahnya dan setiap tangan terangkat terselip doa buat mereka berdua.
Hari demi hari kujalani jauh
dari desaku serta orang tuaku. Waktu demi waktu berlalu, mimpi yang aku
ikrarkan belum jua menemukan titik terang, malah kepedihan yang semakit
berat terasa, bahkan Kehausan dan kelaparan itupun menjadi cobaan yang
berat aku rasakan.(Sandi)
#Bersambung
terimakasih banyak, sangat menarik sekali..
BalasHapus